Misteri Kehidupan Moeljadi Korban Bunuh Diri di Philadelphia
Mungkin tak seorang pun tahu mengapa Moeljadi harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Lelaki berbadan tegap dan pendiam itu seperti menyimpan misteri.
Di hari naas Jumat pagi (18/4/2014), Moeljadi masih menonton film seri sendirian. ‘’Nggak kerja?’’ tanya Kiat Liong pemilik rumah tempatnya indekos. ‘’Masuk malam kok,’’ kata Moeljadi singkat. Ternyata saat itu merupakan hari terakhir Kiat Liong bertemu korban.
Sebab sekitar pukul 19.22 waktu setempat, seorang saksi mata melihat Moeljadi naik tangga ke lantai 4 gedung parkir Latimer Garage di Latimer Street, Philadelphia. Tak lama kemudian Abdul Tandia, juru parkir di gedung itu mendengar tubuh terjerembab jatuh di tengah jalan. Petugas parkir ini kemudian menghubungi polisi setempat. ‘’Detektif Schumacker dari kepolisian setempat yang menangani kasus ini membawanya ke Hahneman University Hospital,’’ tutur Benny Siahaan, Kepala Bidang Konsuler, Penerangan dan Budaya, Konsulat Jenderal RI di New York.
Tak seorang pun tahu siapa Moeljadi alias Andre atau Fritz, karena tidak ditemukan tanda pengenal sedikit pun. Hingga Sabtu pagi, nasib Moeljadi tak diketahui. Sehingga David, manajer ‘7 Eleven’ tempat korban bekerja, heran anak buahnya yang selalu tiba tepat waktu, hari itu tak datang. David langsung menuju ke tempat indekos korban dan menemui Kiat Liong yang juga kaget bahwa Moeljadi tak bekerja. Telepon genggam korban juga tak diangkat.
David ke kantor polisi untuk mencari tahu bagaimana cara melapor orang hilang. Di kantor polisi itulah ia diberitahu bahwa ada seseorang bunuh diri dari Gedung Parkir Latimer. Ahad itu, usai perayaan Paskah, Kiat Liong, diantar Pendeta Kilat Buana Lembong dari Gereja Kristen Mennonite Indonesia, mengenali mayat korban bunuh diri yang ternyata adalah Moeljadi, berusia 45 tahun. ‘’Wajah korban masih bisa dikenali, dan persis seperti foto di paspornya,’’ tutur Kilat Lembong.
Alamat korban yang tertera di paspor dan KTP pun diteliti dan Benny Siahaan dari KJRI mengontak ke alamat tersebut. Romo Parno, mantan pemimpin Katolik di Philadelphia yang dikenal ringan tangan, juga membantu mencari keluarga korban di Rungkut, Sidoarjo Jawa Timur, sehingga akhirnya keluarga Moeljadi pun berhasil dihubungi.
Saat kedua kakak korban bernama Robert dan Adijono diberitahu kabar buruk yang menimpa adiknya, mereka kaget. ‘’Mereka terdengar shock dan sangat terkejut. Demikian pula Margaretha kakak korban yang tinggal di Belanda,’’ tutur Benny Siahaan. Kini pihak keluarga tengah berunding untuk menentukan apakah jenasah korban akan dikremasi di AS atau akan dikirim pulang ke tanah air.
Dari pemeriksaan otopsi di tubuh korban tak didapati tanda-tanda kekerasan. ‘’Korban mengalami patah tulang di bagian wajah, kaki dan badan karena jatuh dari tempat ketinggian,’’ jelas Rob Orion ahli forensik meyakinkan. ‘’Jadi jelas, ini bukan kasus pembunuhan atau tindak kekerasan, melainkan bunuh diri murni,’’ kata Rob.
Yang masih menjadi teka-teki, kenapa Moeljadi harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri? ''Mengingat ia memiliki pekerjaan lebih mapan dibanding warga Indonesia lainnya di AS,’’ tanya Pendeta Kilat Lembong. Juga kehidupan pribadi Moeljadi. Kepada teman dan koleganya, korban mengaku punya istri dan dua anak, namun pihak keluarga membantah hal itu. ‘’Moeljadi masih sendiri,’’ tutur salah satu keluarganya.
Tempat parkir Latimer Garage ternyata dipilih Moeljadi karena setahun lalu seorang wanita warga Amerika pernah berhasil melakukan upaya bunuh diri dengan melompat dari lantai 4. Persis seperti dilakukan Moeljadi alias Andre atau Fritz.
Sementara itu, Benny Siahaan dari KJRI New York menjelaskan, besar kemungkinan dalam pekan ini pihak keluarga akan menentukan apakah jenasah Moeljadi akan dikremasi di AS atau dikirim pulang ke Indonesia. Seluruh pakaian dan benda peninggalan korban yang masih tersimpan dalam kamarnya, telah diinvetarisasi Pendeta Kilat Buana Lembong.