Kathy Chen, mantan anggota Tentara Pembebasan Tiongkok jadi Direktur Twitter China
Kathy Chen yang baru diangkat menjadi Direktur Umum Twitter China, ternyata pernah menjadi anggota Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.
Quartz.com mengabarkan Senin (18/4/2016), hal itu diungkap oleh Yaxue Cao, seorang aktivis anti-China yang bermukim di Washington DC. Hal itu, membuat para Netizen di Tiongkok kesal bahwa media sosial Twitter bakal dikontrol ketat Pemerintah Beijing.
Dalam penjelasannya Yaxue Cao membeberkan sebelum bekerja di Microsoft dan Cisco, Kathy Chen menjadi periset pertahanan misil di markas besar Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, PLA. Perempuan cantik Tiongkok itu juga berafiliasi dengan sejumlah perusahaan raksasa seperti Baidu, BBC China, Chinachange.org dan Radio VOA China. ‘’Tanpa ragu lagi, Chen adalah bekas anggota PLA. Perempuan itu juga menjalani ujian ekstra ketat dan seleksi politik yang sangat ketat, sebelum dipilih sebagai perempuan yang tangguh,’’ tutur Yaxue Cao.
Sejauh ini, belum ada indikasi kuat bahwa Twitter China bakal memata-matai atau menyensor percakapan 18 ribu pengguna Twitter. Padahal dalam cuitannya, mereka biasanya mendiskusikan isu-isu politik yang cukup sensitif dan bakal diberangus. Bahkan biasanya ditangkap penguasa Beijing.
Pada 2009 lalu, pemerintah setempat memberlakukan larangan bahwa media sosial itu hanya bisa diakses di dalam negeri saja. Sejak itu, para pengguna Twitter hanya bisa menggunakan medsos setelah mengaktifkan jaringan pribadinya.
Dalam penjelasannya Kathy Chen mengungkapkan, ‘’Kami berupaya mencari relasi di antara para pengusaha Tiongkok dan badan usaha milik pemerintah Beijing,’’ tuturnya kepada harian South China Morning Post. Tapi kepada kantor berita Xinhua dan CCTV, dua media milik Pemerintah Beijing, Kathy Chen menjawab ‘’Saya loyal terhadap Partai Komunis China, PKC,’’ katanya.