Pelangi Indonesia Ikut Ramaikan Pride Parade, New York 28 Juni 2015
New York, Minggu 28 Juni ribuan warga New York memadati Fifth Avenue menonton Pride Parade, pawai LGBT yang digelar setiap musim panas sejak tahun 1970 sebagai pengungkapan hak-hak sipil kaum Lesbian, Gay, Bi-sexual dan Transgender.

Dengan mengenakan berbagai kostum unik dan iringan musik, beberapa diantaranya mengusung aspirasi dan tuntutan, kelompok pawai yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat ini memainkan alat musik, menari, melambaikan tangan serta melemparkan cindera mata pada para penonton disepanjang jalan. Dewan juri memberi penilaian kepada kelompok peserta berdasarkan tema, kostum, tarian serta kombinasi warna pelangi simbol LGBT yang digunakan dalam kostum.
Untuk kedelapan kalinya sejak tahun 2008, penonton disepanjang jalan terpukau dengan penampilan kelompok pawai Satu Pelangi (SP) yang menjadi wadah diaspora Indonesia. Para penonton terlihat berebut selfie dengan anggota SP yang menghampiri mereka dipinggir jalan yang diberi pagar pembatas.
Jaka (bukan nama sebenarnya) salah seorang senior SP, menuturkan kepada penulis bahwa tujuan partisipasi mereka dalam Pride Parade ini adalah memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Amerika dengan pakaian asal Jawa, Bali dan Bugis yang dikenakan.

Satu Pelangi yang beranggotakan sekitar 75 orang merupakan organisasi sosial yang berdiri tahun 2008 di New York dan menjadi wadah sesama perantau asal Indonesia yang tidak berdasarkan latar belakang agama maupun suku untuk saling tolong menolong, berbagi informasi menyangkut pekerjaan, kesehatan maupun pondokan.
Organisasi ini menekankan kebersamaan dan solidaritas terhadap sesama anggotanya. Memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ditopang sendiri tanpa bantuan pihak manapun, iuran yang terkumpul Satu Pelangi tiap bulan digunakan untuk membantu tidak hanya sesama anggota yang sedang mengalami kesulitan seperti saat sedang sakit tetapi juga untuk membantu sanak keluarga mereka di Indonesia. Organisasi ini juga senantiasa menyalurkan bantuan keuangan saat terjadi bencana alam di Indonesia.

Menjawab pertanyaan penulis tentang perbedaan kaum LGBT di Amerika Serikat dan di Indonesia, Jaka mengungkapkan bahwa di New York terdapat LGBT Center yang menawarkan berbagai program edukatif yang dapat diikuti siapa saja sesuai minat mereka sementara walaupun dibanyak kota besar Indonesia telah terdapat LGBT group, belum ada program serupa.

Faktor budaya, agama, keluarga dan masyarakat membuat kelompok LGBT di Indonesia belum bisa secara terbuka mengekspresikan diri mereka. Menanggapi telah disahkannya perkawinan sesama jenis diseluruh Amerika Serikat belum lama ini, Jaka mengungkapkan kegembiraannya. Menurutnya, Amerika Serikat sudah waktunya melegalkan same sex marriage seperti yang telah lama dilakukan negara-negara Eropa. Walaupun seseorang itu gay ataupun straight, sebagai manusia mereka tetap memiliki keinginan untuk mempunyai keluarga dan ikatan dengan rekan hidup, demikian dikatakannya.