top of page

Ketika Wayang Jurnalis Menagih Janji Pemimpin Negeri

RENGEKAN Lesmana Mandrakumara sungguh mengganggu telinga. Pangeran dari Astina yang terkenal manja itu baru saja mendengar kabar bahwa hati Puteri Prantawati, telah tercuri. Padahal, puteri cantik Prabu Kresna itu telah dijodohkan dengannya dan pernikahan akan tiba dalam hitungan hari. Adalah Bambang Suksma Nglembara yang disebut-sebut sebagai pencuri hati itu. Pencarian besar-besaran pun dilakukan untuk memburu ksatria tersebut. Padahal, Prantawati memang tak sudi dijodohkan dengan Lesmana, pangeran dengan reputasi manja luar biasa, bahkan dikenal dengan julukan 'pangeran idiot'.

Dia sedang berdoa kepada dewa untuk mencari solusi atas persoalannya, ketika Bambang muncul dan berkata, "Aku ini adalah jawaban atas doa-doamu." Itu merupakan penggalan adegan dalam pementasan Wayang Jurnalis bertajuk 'Petruk Nagih Janji', di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Minggu (15/2) sore.

Sebagai catatan, ini merupakan pertunjukan Wayang Jurnalis yang kedua. Oktober tahun lalu, Wayang Jurnalis pertama diadakan setelah keluar hasil pemilihan presiden yang mengingatkan soal karakter pemimpin yang layak, tak tergoda oleh harta, tahta dan wanita. Meski bekerja sama dengan Wayang Orang Bharata, 95 persen pemain wayang orangnya merupakan jurnalis dari berbagai media. Tak kurang dari 29 jurnalis beradu peran, mulai dari tingkat wartawan hingga pemimpin redaksi. "Dengan suksesnya wayang jurnalis produksi pertama dan hadirnya produksi kedua, saya melihat jurnalis memiliki cinta untuk melestarikan budaya bahkan memiliki potensi sebagai pelaku budaya," ujar Renitasari Adrian Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation yang kali ini juga turut berperan sebagai Dewi Kunthi.

Adapun kisah Petruk yang diangkat, bercerita tentang nasionalisme punakawan dunia pewayangan tersebut yang terketuk untuk melakukan operasi bela negara ketika terjadi pemberontakan Prabu Pragola Manik. Ketika itu, Petruk yang diperankan oleh aktor pemeran program situasi komedi 'Tetangga Masa Gitu' Dwi Sasono, gagah berani maju ke medan laga dan berhasil memadamkan pemberontakan. Atas jasanya, dia berhak menikahi seorang puteri Prabu Kresna yang bernama Prantawati. Namun karena puteri itu belum dewasa, Petruk diminta untuk bersabar menunggu. Sayangnya, janji hadiah itu malah hendak diingkari. Puteri Prantawati dijodohkan dengan Lesmana. Prabu Kresna lupa akan jasanya, Petruk pun menagih janji untuk mendapatkan hak yang pernah dijanjikan. Dengan niat menegakkan kebenaran, Petruk yang rakyat jelata berubah menjadi ksatria tampan bernama Bambang Suksma Nglembara, menyusup ke taman Dwarawati sebagai 'pencuri cinta' sebagai tandingan Lesmana. Akhirnya tercapai apa yang diinginkan, Petruk bersanding dengan Prantawati. Sebagai kisah pewayangan umumnya yang sarat pesan moral dan ajaran kepemimpinan, bukan perjuangan cinta yang menjadi tema sentralnya. Di balik semua itu, Petruk hanya ingin mengingatkan bahwa janji seorang pemimpin harus ditepati.

Agar wibawa dan martabat terjaga, pantang baginya ingkar janji. "Meski saya rakyat biasa, tapi seorang pemimpin harus tepati janjinya," tuntut Petruk dalam salah satu dialognya. Kisah itu pun kini menjadi relevan dengan kisah perpolitikan dalam negeri, ada banyak janji pemimpin yang mesti ditepati. Ada hak-hak warga negara yang wajib dipenuhi. Jenaka Dikemas secara popular dan komunikatif dengan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam dialog dan narasi, pertunjukan kali ini menjadi sajian yang apik. Dialog dan improvisasi yang jenaka, sukses mengundang tawa penonton yang memenuhi Galeri Indonesia Kaya. Meski hanya wayang orang amatir, akting para jurnalis yang terlibat amat menghibur. Sekalipun ada lupa dialog, hal itu malah menambah jenaka adegannya. Mereka juga leluasa menggali potensi diri yang selama ini tidak banyak digunakan dalam keseharian mengejar berita. Ratna Wina sebagai contohnya, wartawan yang berperan sebagai bidadari penggoda itu sempat menendangkan tembang berbahasa Jawa dan tampil layaknya sinden. Editor senior dari Majalah Kartini itu memang biasa menyanyi di luar kesibukannya sebagai jurnalis. ''Saya memang minta peran di mana saya bisa nembang,'' akunya. Keseruan jadi wayang orang juga dirasakan wartawan Media Indonesia Dzulfikri Putra Malawi yang memerankan Citraksa. "Menjadi wayang orang dengan make up dan baju wayang orang itu ada sensasi sendiri, saya jadi merasa bangga karena hidup di Indonesia," katanya.


Follow Us
  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic

© 2014 design by Didi Prambadi, Indonesian Lantern Media LLC. USA

  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic
  • RSS Classic
bottom of page