Menikmati Pameran Antropologis Alfred Russel Wallace
Hutan tropis Indonesia merupakan rumah yang paling aman bagi spesies satwa di darat. Mereka membentuk berbagai ekosistem yang paling beragam di dunia dan sangat penting bagi kehidupan planet bumi. Keanekaragaman hayati Nusantara yang menyebabkan seorang Ilmuwan Biogeografi, Naturalis, Explorer, Antropologis, Biologis asal Inggris, Alfred Russel Wallace menetap di Ternate (Maluku Utara) dalam kurun 1850an hingga 1860an.
Wallace terkesima oleh keunikan spesies yang beragam jenisnya. Kenangan atas Wallace memunculkan istilah “Garis Wallacea” yang memotong Sulawesi hingga Bali sebagai garis batas pemetaannya. Pria yang memperkenalkan spesies burung Halmahera (Semioptera Bidadari) ini kerap disandingkan dengan nama besar ilmuwan Charles Darwin, saat membicarakan asal-usul spesies dan biologi evolusi.

Jejak ilmuwan Alfred Russel Wallace dipamerkan dalam tajuk “126.660 spisemen sejarah alam” merupakan kolaborasi pameran seni dan sains tentang koleksi sejarah alam kolonial dan transformasi lingkungan yang dihasilkan di Indonesia. Wallace menjelajahi Nusantara Melayu mendokumentasi setiap keanekaragaman hayati secara detail dan menakjubkan-- untuk museum-museum di Eropa. Pameran menyajikan karya-karya 13 seniman Indonesia dan 13 seniman luar negeri. Juga dipamerkan arsip Museum Zoologi dan LIPI, dan didukung koleksi dari lembaga-lembaga asing.

Pameran seni dan sains ini dikuratori oleh Etienne Turpin dari University of Wollongong, Australia, dan Anna-Shopie Springer, kurator independen dari Berlin, Jerman. Delapan tahun Wallace menjelajahi Singapura, Malaysia dan Indonesia, ia melakukan 70 ekspedisi ke setiap pulau-pulau sepanjang 22.500 kilometer. Wallace berhasil menyusun koleksi monumentalnya; 125.660 spesies sejarah alam meliputi 310 spesies mamalia, 100 reptil, 8.050 burung, 7.500 hewan bercangkang; 13.100 Lepidoptera (kupu-kupu), 83.200 Coleoptera dan 13.400 serangga lainnya.
Yang menarik diantaranya karya yang terpajang di Galeri Salihara, yakni karya fotografi yang dihasilkan oleh fotografer tersohor dunia, Fred Langford Edward. Ia memotret dengan kamera Hasselblad membuahkan karya Re-Collecting Alfred Russel Wallace, 2007, yakni proyek fotografi dokumenter yang sedang berjalan. Edward memotret ragam spesies burung, tengkorang hewan dan ragam spesies lainnya. Seniman yang lain pun menciptakan karya-karya seni rupa yang penting. Seni rupa menjadi media untuk menjelaskan hasil sebuah penelitian ilmiah. Mulai dari ilustrasi, munculnya litografi hingga keramik, video dokumenter dan instalasi.

“Di sini seniman menggabungkan sains dan seni. Seniman menciptakan karya-karya sederhana seperti mainan. Seperti karya Mr. Fred Langford Edward menggabungkan sains dengan fotografi. Ini merupakan koleksi Cambridge University (Museum of Zoology). Mr. Fred adalah fotografer yang riset soal spesimen di Amazon hingga disini, ia menelusuri jejak Alfred Russel Wallace selama delapan tahun, “ujar Bima Yasa (23), asisten Kurator.
Alfred Russel Wallace menulis dua artikel penting dalam sejarah sains setelah mengalami demam hebat di Ternate, pada 1858. Yakni makalah berjudul “On the Tendencies of Varieties to Depart Indefinitely From the Original Type” yang disertakan sepucuk surat untuk ilmuwan Charles Darwin. Pada 1 Juli di tahun yang sama, makalah itu dibacakan untuk Linnean Society oleh pakar geologi terkemuka bernama Charles Lyell.

Itulah makalah publik pertama karya Wallace mengenai teori evolusi melalui seleksi alam-- makalah itu kini diakui sebagai karangan bersama 2 ilmuwan Alfred Russel Wallace dan Charles Darwin dibawah judul “On the Tendency of Species to Form Varieties: And on the Perpetuation of Varieties and Species By Natural Means of Selection”.
Dalam berbagai literatur, diketahui Darwin selanjutnya mempublikasikan “The Origin of Species” pada November 1959. Kurang dari setahun setelah sampai di Nusantara pada 20 April 1854, Wallace juga menulis artikel penting “On the Law which has Regulated the Introduction of New Species yang dikenal sebagai The Sarawak Law. Dalam makalah itu Wallace mengajukan pemikiran bahwa evolusi merupakan penjelasan atas asal usul spesies baru.