top of page

Emha Ainun Nadjib Ceramah di Philadelphia, Minggu 20 September 2015

Emha Ainun Nadjib akan berada di Philadelphia, USA. Budayawan sekaligus pemuka agama Islam itu, akan hadir pada 20 September 2015 di Old Pine Community Center, 401 Lombard Street, Philadelphia, mulai pukul 13.00 waktu setempat.

Di kesempatan itu, Emha Ainun Nadjib yang dikenal dengan panggilan Cak Nun akan menggelar ‘Silaturahmi Budaya’ sekaligus ‘Penggalangan Dana’ bagi Masjid Al Falah, masjid yang didirikan komunitas Muslim Indonesia di Philadelphia, PA. ‘’Novia Kolopaling, istrinya juga akan ikut menemani,’’ tutur Irfan Suwandi, presiden Masjid Al Falah.

Menurut Irfan, pagelaran ini dirancang sejak tiga bulan lalu. Tim yang terdiri dari 20 orang itu mengurus pelbagai kebutuhan, mulai dari pengurusan visa hingga akomodasi budayawan kondang itu. Ternyata kerja keras tim itu berhasil dan Emha Ainun Nadjib bersedia memberikan kotbah yang biasanya berlangsung kocak dan tak membosankan itu. ‘’Awalnya kami ingin mengajak kelompok gamelan Kiai Kanjeng. Tapi karena terlalu repot, rencana itu ditunda tahun depan, karena acara ini akan berlanjut,’’ kata Irfan Suwandi, lulusan Universitas Pasundan Bandung.

Selama berada di Amerika Serikat, Cak Nun akan mengunjungi dua kota lain di samping Philadelphia. Yakni Atlanta dan Washington DC. Di kedua kota itu, Cak Nun juga menggelar acara yang sama, dan diharapkan dapat menggalang dana bagi pembangunan renovasi Masjid Al Falah yang terletak di S. 7th, Philadelphia. ‘’Kami butuh ruang untuk menampung sekitar 500 jemaah melakukan kegiatan ibadah rutin, selain juga kegiatan lain,’’ kata Irfan Suwandi.

Hampir semua rakyat Indonesia mengenal Emha Ainun Nadjib. Lelaki kelahiran Jombang, Jawa Timur berusia 62 tahun ini pernah diundang bersama sejumlah tokoh Nasional ke Istana Negara untuk dimintai pendapatnya oleh mantan Presiden Soeharto. Sebelum lengser, Soeharto, pemimpin Indonesia itu menirukan ucapan Emha Ainun Nadjib yang berbunyi: ‘’Ora dadi presiden ora patheken’’. Istilah Jawa yang artinya, ‘’Tidak menjadi presiden pun tidak akan menderita sakit kulit!

Emha pernah diusir dari Pondok Modern Darussalam, Gontor, Jombang karena melakukan aksi demo melawan pimpinan pondok karena sistem pendidikan di pondok itu dinilainya kurang baik. Emha yang bernama asli Muhammad Ainun Nadjib pun meneruskan pendidikan dan lulus menjadi sarjana ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lima tahun Emha sempat hidup menggelandang di Yogyakarta, untuk belajar sastra dari Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius. Proses kreativitas seninya dijalani bersama penyanyi balada Ebiet G. Ade dan penyair Eko Tunas serta penulis EH Kertanegara yang kini bermukim di Maryland, USA. Bersama kelompok gamelan Kiai Kanjeng, Emha menelurkan sejumlah album lagu, satu di antaranya berjudul ‘Tombo Ati’ yang kini diaransir ulang sejumlah penyanyi kondang Indonesia.

Tak cuma itu. Cak Nun beberapa kali terlibat dalam sejumlah upaya kerukunan beragama. Bahkan, Emha pernah mengucapkan Ayat Kursi di Gereja Pugeran Yogyakarta, 2007. ‘’Pada kata ‘’wala ya’udhuhu hifzhuhuma (tak, ada yang bisa mengganggu penjagaan Allah atas langit dan bumi), kami ulang sembilan kali.

Spontan kami mengangkat tangan tinggi-tinggi, dan tak terasa hampir semua hadirin yang beragama Katolik juga mengangkat tangan pula,’’ tutur Emha. Bersama sejumlah pastor, pemimpin agama Budha, Hindu, Katolik, Protestan dan lainnya, Emha melakukan aksi kerukunan beragama di Gereja Isa Almasih, Pringgading, Semarang, 2013.

Karena itulah, tak heran bila karya-karya sastra Emha terdengar unik. Di antaranya, ‘Slilit Sang Kiai’ atau ‘Tuhanpun Berpuasa’ atau ‘Iblis Nusantara Dajjal Dunia’, atau ‘Kafir Liberal’ bahkan ‘Tidak. Jibril Tidak Pensiun’ dan ‘Kiai Kocar Kacir’.

Atas karya-karyanya itu, Emha meraih berbagai penghargaan dari luar dan dalam negeri. Tahun 2010 Pemerintahan SBY menganugerahi lencana Penghargaan Satyalancana Kebudayaan karena jasanya di bidang kebudayaan. Cak Nun pernah mengikuti lokakarya International Writing Program di Universitas Iowa, AS, 1984, Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda 1984 dan Festival Horizonte III di Berlin, Jerman 1985.

Emha Ainun Nadjib yang pernah menikah dan dikaruniai putra bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh. Cak Nun yang pernah menulis esai berjudul ‘Istriku Seribu’, 2006, kemudian menikah dengan Novia Kolopaking, penyanyi berwajah sendu yang pernah ngetop dengan lagu ‘Asmara’ dan ‘Bunga Mawar’.


Follow Us
  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic

© 2014 design by Didi Prambadi, Indonesian Lantern Media LLC. USA

  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic
  • RSS Classic
bottom of page