Menikmati Tarian Kuda Sandelwood di Sumba Timur
Suara ringkik kuda Sandelwood Pony melengking, berlari lincah. Rambut kecoklatan, berkibar ditiup angin. Kuda Sandel merupakan kuda pacu yang dikembangkan di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Kuda Sandel memiliki postur rendah dibanding kuda-kuda ras dari Australia. Konon, masyarakat Sumba gemar memelihara kuda Sandel sejak abad ke-18.
Di Desa Rambangaru, Haruru, Sumba Timur. Warga desa biasa menggelar acara kuda menari yang dikenal sebagai “Parenja Njara”. Tradisi unik ini berawal dari keseharian warga Sumba Timur beternak kuda dan mengisi waktu luangnya melatih kuda. Hanya kuda jantan Sandelwood yang secara turun-temurun menjadi kuda penari.
Pentas “Parenja Njara” biasanya dipertontonkan di halaman rumah, diiringi tetabuhan ritmis. Empat pemusik tradisional memainkan Tambur dan Gong. Dengan semangat seorang pemusik menabuh Tambur dan tiga orang lainnya memukul Gong. Jadilah suara bertalu-talu, menghasilkan komposisi bunyi yang dinamis. Penari kuda mulai memasuki arena. Disambut penari lelaki dengan membawa tameng dan tombak, seperti tarian perang.
Selanjutnya kuda istimewa akan menari Kabokang dan Kandingan. Kuda mulai menggelangkan kepala, lalu menghentakkan kaki mengikuti irama musik--disambut pekik penonton yang menghanyutkan. Mereka langsung ikut menari dan bersorak gembira bersama kuda. Uniknya, di sela-sela tarian akan nyaring terdengar “Kakalak” atau pekikan kegembiraan penonton perempuan yang menyemangati penari kuda. “Tarian Kabokang itu dulunya sebuah tarian untuk menyambut pahlawan dari medan perang. Kalau tarian Kandingan untuk bersenang-senang karena sesuatu hal, “ungkap Alexander Siahainina, seorang pemerhati budaya lokal.
Tradisi ini dulunya diselenggarakan hanya untuk upacara adat. Kini, Parenja Njara berubah menjadi seni hiburan rakyat-- sehingga kesenian tradisi ini tetap terjaga lestari. Menjadi seorang penunggang sekaligus penari kuda bukan hal yang mudah. Diperlukan ketekunan dan latihan selama bertahun-tahun. Sebagai simbol penghormatan, seorang penunggang kuda biasanya memiliki rajah bergambar kuda di lengan tangannya.
Perkembangannya sekarang, generasi muda semakin enggan melanjutkan tradisi kuda menari. Hanya sedikit generasi muda yang minat menjadi penunggang sekaligus penari kuda. Tak heran, bila para penari yang ada sekarang merupakan generasi tua. Populasi kuda Sandel di Sumba Timur diperkirakan mencapai 50.000-an ekor, menurut sensus ternak yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur pada 2008 lalu. Tak ayal, kuda Sandel tetap menjadi primadona-- sekaligus menjadi ikon pulau Sumba Timur.
