Dr. Michael Buehler: Pertemuan Jokowi dan Obama berkat lobi sebuah perusahaan Las Vegas
‘’Ada sebuah perusahaan Singapura yang membayar $ 80 ribu pada perusahaan lobi AS agar Presiden Joko Widodo dapat bertemu dengan Presiden Obama dan anggota Kongres serta para pengusaha AS.’’
![](https://static.wixstatic.com/media/f82672_1209a11ed5a44105ba3a037676433236.jpg/v1/fill/w_186,h_215,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/f82672_1209a11ed5a44105ba3a037676433236.jpg)
Hal itu diungkapkan Dr. Michael Buehler. Dalam artikel berjudul ‘Waiting in the White House Lobby’, Michael menyebutkan perusahaan Singapura itu adalah Pereira International PTE Ltd yang membayar $ 80 ribu kepada perusahaan AS bernama R&R Partners Inc.
Dalam kontrak kerjasama yang didaftarkan di Departemen Kehakiman AS pada 17 Juni 2015 itu, disebutkan R&R Partners akan menjadi konsultan bagi pejabat tinggi Pemerintah RI. ‘’Pembayarannya dicicil empat kali mulai 15 Juni hingga 1 September 2015,’’ tulis Dr. Michael Buehler di New Mandala, sebuah situs kajian Asia Pasifik dari the Australian National University’s (ANU) Coral Bell School.
Dr. Michael Buehler
Tiga tugas pokok R&R Partners adalah: 1. Mengatur dan menghadiri sejumlah pertemuan dengan anggota parlemen dan anggota Kongres AS, termasuk pejabat Departemen Luar Negeri AS. 2. Mencari atau mengatur kesempatan agar Presiden Jokowi bisa ditampilkan dalam sidang di Kongres. 3. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh berpengaruh AS, media dan organisasi AS agar mendukung upaya Presiden Jokowi.
![](https://static.wixstatic.com/media/f82672_8f91f8ae95034ad581e0ed88381931fa.jpg/v1/fill/w_416,h_276,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/f82672_8f91f8ae95034ad581e0ed88381931fa.jpg)
Derwin Pereira (Twitter)
Adapun yang ditunjuk menjalankan tugas itu adalah Derwin Pereira, konsultan utama Pereira International Ltd. Sedangkan dari R&R Partners Inc, ditunjuk Morgan Baumgartner, Executive Vice President and General Counsel. ‘’Menengok situsnya, tidak ada indikasi R&R Partners punya komunikasi atau hubungan dengan Indonesia,’’ tulis Michael Buehler. Menurutnya, Morgan Baumgartner ahli di bidang ‘gaming law’ atau hukum tentang perjudian AS. Demikian juga Sean Tonner, Presiden R&R Partners yang pernah aktif di perusahaan konsultan global di Denver dan Noble Energy, serta pernah ikut pelatihan perang di hutan dan gurun.
![](https://static.wixstatic.com/media/f82672_5b683077dd334c88897f8e350c8d44c9.jpg/v1/fill/w_320,h_240,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/f82672_5b683077dd334c88897f8e350c8d44c9.jpg)
Berbeda dengan Derwin Pereira. Setelah menamatkan kuliah di London School of Economics and Political Science, Pereira bekerja menjadi wartawan Harian The Straits Times dan banyak meliput seputar lengsernya Presiden Soeharto. Pereira kemudian menjadi kepala biro di Indonesia dan mengenal banyak pejabat tinggi.
‘’Saya mampu menjalin kontak dengan pejabat inggi dan punya akses dengan elite bisnis dan politik di Jakarta. Sehingga saya punya akses langsung dengan sejumlah informasi vital,’’ ujarnya suatu saat. Setelah ditugaskan ke Washington DC oleh The Strait Times, Pereira mendirikan perusahaan konsultan Pereira International.
Morgan Baumgartner (Vebidoo.com)
Di samping melakukan lobi, Derwin Pereira juga punya hubungan dengan pusat kajian dan sejumlah perguruan tinggi AS. Penyandang gelar Master dari Harvard’s Kennedy School of Government ini tetap menjalin hubungan erat dengan almamaternya. Pereira tidak hanya menjadi anggota International Council di Kennedy School’s Belfer Center for Science and International Affairs, tapi juga mendirikan Derwin Pereira Graduate Fellowship. Organisasi ini membantu Edward S. Mason Program mencari calon penerima beasiswa dari Indonesia. Program ini menawarkan pelatihan menjadi pemimpin bagi negara-negara sedang berkembang, dan yang tengah menjalani transisi menjadi negara industri dan ekonomi baru.
Agus Harimurty Yudhoyono (bikinberita.com)
![](https://static.wixstatic.com/media/f82672_50b2e3e0058d4c598af480db79054179.jpg/v1/fill/w_500,h_250,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/f82672_50b2e3e0058d4c598af480db79054179.jpg)
Selain itu, Derwin Pereira juga membantu menyeleksi penerima beasiswa bagi Ancora Foundation. Yayasan ini didirikan Gita Wiryawan, mantan menteri perdagangan di zaman SBY. Salah seorang penerima
beasiswa yang
berhasil lolos dari seleksi kompetitif itu adalah Agus Harimurty Yudhoyono, putra SBY. Di samping itu, Derwin mensponsori berdirinya Derwin Pereira Initiative, DPII yang mengantarkan sejumlah politikus Indonesia jadi pembicara di Center for Strategic and International Studies, CSIS di Washington DC, sejak 2012.
Sejak lama, Derwin Pereira dikenal dekat dengan Luhut Panjaitan. Derwin sering menulis artikel tentang Luhut yang kala itu menjadi Dubes Singapura 1999-2000 di Harian The Straits Times. Bahkan situs Pereira International milik Derwin menampilkan foto Luhut Panjaitan, yang dipasang di situs Toba Sejahtera. Ini perusahaan penambangan dan pengelolaan hutan milik Luhut Panjaitan.
Meski begitu, sejauh ini tidak ada bukti kuat bahwa Luhut Panjaitan memberi dana $ 80 ribu untuk perusahaan lobi R&R Partners lewat Derwin Pereira. Yang pasti R&R Partners yang bermarkas di Los Angeles berhasil menggelar pertemuan Presiden Jokowi dan Obama. Juga dengan sejumlah pengusaha dan anggota Kongres AS. ‘’Sebenarnya bukan hal istimewa, mengingat hal itu sebenarnya bisa dilakukan pihak Kedutaan Besar RI di Washington DC,’’ tulis Michael Buehler, yang juga menjadi dosen Comparative Politics in the Department of Politics and International Studies at the University of London’s School of Oriental and African Studies.
![](https://static.wixstatic.com/media/f82672_ddee6036eb3243c8a10d66e83ce25023.jpg/v1/fill/w_615,h_341,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/f82672_ddee6036eb3243c8a10d66e83ce25023.jpg)
Ka. Staf Kepresidenan Luhut Panjaitan dan Menlu Retno Marsudi (antara news)
Lalu kenapa harus menggunakan perusahaan Singapura dan Las Vegas itu? Apakah semua itu diketahui dan di bawah koordinasi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi? Atau upaya ini semua berlangsung atas inisiatif Luhut Panjaitan yang sangat menonjol di antara Kabinet Jokowi? ‘’What happens in Vegas, stays in Vegas’’, tulis Michael Buehler, yang menyabet gelar Ph.D. dari The London School of Economics and Political Science. Michael juga pernah mengajar di Columbia University dan Northern Illinois University and Associate Research Fellow at the Asia Society in New York City, USA, 2011.